Halaman

Jumat, 29 Juli 2011

Petite Histoire Himatika

R. Arif Firdaus Lazuardi –STI 44

Petite histoire–sejarah kecil, begitulah Rosihan Anwar—wartawan senior, kolumnis, sejarawan ‘kaki lima’ menyebutnya. Sejarah kecil itu kadang terlupakan oleh kebanyakan orang. Padahal dari sejarah kecil itulah timbul sejarah-sejarah besar yang menjadi catatan dunia.

Himatika: Dulu, Kini, dan Esok

R. Arif Firdaus Lazuardi-STI 44

Kaum intelektual tidak dicetak untuk menjadi robot. Ia lahir dari ketidakberdayaan dan tumbuh bersama perjuangan guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan peradaban bangsa dan negara. Dan kewajibannya pun tidak hanya sekedar berkutat di dalam kelas, belajar dan belajar. Lebih dari itu, seorang kaum intelektual -yang penulis kerucutkan dengan mahasiswa- memiliki keharusan untuk memberikan karya yang terbaik bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Minimal, seorang mahasiswa memberikan yang terbaik untuk dirinya sendiri.

Politik, Ormek, Ad Hoc; Tim Ad Hoc atau Tim Ormek

*R Arif Firdaus Lazuardi-Langkah Awal ITS

“Politik itu tahi kucing.” (Herman Lantang)

Begitulah kiranya cuplikan dialog Herman Lantang kepada Soe Hok Gie dalam film Giekarya Riri Riza saat dirinya dipaksa oleh Soe Hok Gie untuk mencalonkan diri menjadi ketua Senat Fakultas Sastra UI.

Dan Inilah, Sebenarnya Indonesiaku

*R. Arif Firdaus Lazuardi-Teater Tiyang Alit ITS

Antara tanggal 15-24 April 2011, saya dan 13 mahasiswa ITS lainnya berkesempatan untuk menggali kearifan budaya di Palembang dalam rangka Festival Teater Mahasiswa Naisonal (festamasio ) V yang diselenggarakan oleh Teater Gabi Universitas Sriwijaya. Perjalanan Surabaya-Palembang jalur darat selama 3 hari 2 malam. Kemudian merasakan terik mentari dan sepoian ramah angin malam kota“ampera” selama 6 hari. Dan akhirnya kembali ke hingar bingar kota yang terkenal dengan ikon ‘suro’ dan ‘boyo’ 3 hari berikutnya. Menyadarkan saya akan kekayaan warna, keberagaman budaya, dan kesenjangan status sosial masyarakat. Yang akhirnya berujung pada satu pernyataan “Inilah Sebenarnya Indonesiaku”.

Mungkin, Ini Cara Tuhan Mendidik Manusia

R Arif Firdaus Lazuardi-Langkah Awal ITS

 "Mendidik manusia dengan kekhawatiran dan ketakutan……
Menggenggam kebersahajaan dengan kegagalan dan kekecewaan…….."

Beberapa dari kita, lebih mementingkan dan melihat, tentang apa yang dapat dicapai, berhasil atau tidak. Bukan dari bagaimana proses yang dijalani, hingga ia dapat mencapai yang diinginkannya. Maka, tak ayal seringkali kita terjebak dengan kondisi hasil yang ada, hingga berlarut-larut memikirkan tentang suatu hal yang harus dilakukan agar hasil yang didapat sempurna. Bahkan, kita pun terkesan menggunakan segala cara –entah baik atau jelek- untuk meraih hasil yang diinginkan. Dan parameter keberhasilan pun begitu pula adanya. Tergantung hasil akhir yang ada.

Surat Terbuka untuk Penguasa

R Arif Firdaus Lazuardi-Langkah Awal ITS

Penguasa yang saya hormati. Satu periode akan tunai dalam waktu dekat. Tentunya, banyak jejak yang sudah penguasa tinggalkan dalam menjalankan tugas negara. Dan saya ingin mengungkapkan rasa ‘terima kasih’ yang selama ini terpendam. Sebenarnya saya malu dan sungkan untuk menulisnya. Tapi bukankah Pramoedya Ananta Toer pernah menulis dalam karyanya Bumi Manusia; “seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan.” Oleh sebab itu, saya tidak boleh tinggal diam, sebaliknya saya harus mem-berani-kan diri mengutarakannya:

SPP Naik, Masalah Nggak Sih?

R. Arif Firdaus Lazuardi-Langkah Awal ITS

Sebagian orang beranggapan bahwa uang adalah masalah. Tapi, saya tidak setuju. Ungkapan itu hanya berlaku bagi seseorang yang tidak memiliki uang. Sedang mereka yang punya sejuta lembar kertas berharga dan timbunan harta, uang adalah anugerah. Nah, kaitannya dengan SPP bagaimana? Masalah atau anugerah? Brodol, seorang mahasiswa yang tak pernah henti meneriakkan perjuangan menimpali , “Woey, kalau itu sih gak ada kaitannya! SPP adalah kewajiban. Bukan masalah atau anugerah,” teriaknya lantang.

Aku Bayangkan

Oleh: Bung Rafli*
“Aku bayangkan….” Dalam suatu forum diskusi. Duduk diantara kami, orang-orang hebat mahasiswa kampus x, yang beberapa waktu lalu namanya diabadikan dalam sebuah buku. Ada yang pintar olimpiade. Ada yang juara di berbagai kompetisi. Ada yang aktivis. Ada yang penulis. Ada yang businessman. Pun, ada berpuluh orang lagi yang menjadi tren mahasiswa inspiratif.

Jangan Tidur Lama-Lama Kawan

Catatan Kritis Pilrek ITS 2010

Untuk membuat tulisan ini, saya harus berpikir keras terlebih dahulu, bekerja keras pula, bahkan sempat beraksi keras juga. Harapannya sih, sederhana saja, agar apa yang saya tuliskan kelak tidak terlalu keras dan berakibat keras. Karena semua jenis kekerasan sudah saya kuras habis tenaganya di awal proses pembuatan tulisan. Jadi, pembaca tinggal menikmati sisa-sisa kekerasan yang ada dan melihatnya dengan indah dari sudut pandang yang berbeda.

Kosong

Kau duduk manis di lekukan bintang sana
Sedang aku terpaku di bumi
Jelas sudah, tak mungkin kugapai dirimu, walau hanya sesentuh saja
Tapi asa tak kan pernah pudar, walau cahayamu redup terang
Bak bintang yang muncul rabun tergelayuti mendung awan
Atau tetesan hujan

Sabar dan Setia -Sejenak Saja-

Saat…..
Kulihat kupu-kupu menari gemulai di rumpunan bunga
Ingin sekali merengkuh dan menikmati madu bersamanya

Saat….
Kutatap pelangi berkibar mengitari angkasa
Ingin sekali terbang dan merasa syahdu angin bersamanya

Melukis Senja

Biar malam menggelayut manja pada angin
aku tetap bersitegak terpatri pada bumi

biarkan imaji terbang, bebas, lepas
bak leokan burung camar, indah, menghias angkasa

tahbiskan pelangi dalam bingkai emas lukisan pias.....

Generasi Mahasiswa Munafik

di masa itu,
ketika benar menyerupai salah
dan salah pun enggan dikata
lantas tiap awak berlaga,
berteriak menganga.....
"Biar ini salah, toh juga benar"
Generasi Mahasiswa Munafik -mulai berjaga-

Mengukir Dunia

Kemarin hampa
Saat ini ada
Esok kan tiada
Olehmu, sudahkah terukir dunia?

Jadilah Pelangi

Waktu ini tak kan berhenti
Walau diri selalu gelisah
Akan dunia semu, tercaci maki

Aku Harap Kamu

Di parasmu, yang bersinar itu
Ada harapan dan asa, terus menderu
Tak jemu, oleh waktu yang membisu

Enak Jadi Cicak atau Buaya

Ketika
Segerombolan cacing bergeliat
Gerah
Akibat panas bara yang 'tak pernah'
Reda -itu-
Seketika pula, ku ingin serasa cicak
Agar bisa merayap
Di segala arah dan bidang
Melacak gerak-gerik
Nyamuk-nyamuk nakal

Janji - Bukan Basa Basi

Ia datang kembali
Bersama mimpi yang -sesaat- terpendam sepi
Walau terkoyak lesu, terbasahi peluh, -tapi- asa tak pernah mati

Pesona Jilbab

Pendar kilau cahaya
Terpancar dari wajah wanita
Dengan dua jilbabnya
-----Jilbab ragawi
-----dan jilbab hati

Alam Menggeram Lagi

Salah apa lagi kami?
Kami salah apa lagi?

Alam mengamuk kembali
Bumi menggeram keras
Ratusan bangunan roboh
Ribuan jiwa melayang
Rakyat Andalas menangis

Antara Kami dan Mereka

Kami dan mereka
Tak jauh beda
Tapi benar berbeda

Diriku Hanya Untuk Mu

->Ya Rabb,
Di kala aku miskin
Aku selalu meminta kepada-Mu
Agar Engkau memberiku harta berlimpah
Dan aku berjanji akan menjadi hamba yang ahli shadaqah
Hari ini, Kau beri aku kekayaan
Dan aku ingkar akan janjiku
Tapi Kau tidak marah

Mereka Bidadari Juga Malaikat

Senyum mereka……
Lepas, penuhi nafas keikhlasan
Gerak mereka……
Menawan, pancarkan nafas perjuangan
Tanya mereka…….
Santun, desirkan nafas pendidikan

Tatapan Sang Gadis

Gadis itu merana menatap sedih ke tanah lompong
Di sana dulu ia curahkan tawa dan tangis
Di sana dulu ia ungkapkan bahagia dan sedih
Di sana dulu ia adu nasib kaya atau miskin
Kini,

Udara 'Kah' Atau - - - - ?

Rasa gundah hati terus bergejolak
Iringi syahdunya malam kemenangan
Mereka sorak sorai gembira sambut yang kan datang
Lupakan tamu agung yang pulang kembali ke titian
Entah haruskah senang atau sedih……gelombang fitrah gelayuti hati